BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cairan tubuh merupakah bagian yang sangat
penting dalam kehidupan sel dan kelangsungan hidup manusia. Tubuh manusia
terdiri dari 2 (dua) unsur yang mendasari kehidupan yaitu unsur padat dan
cairan.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan terutama
pada keperawatan peri operatif. Seorang perawat anastesi reanimasi di tuntut
untuk dapat memahami anatomi fisiologis termasuk cairan tubuh dan regulasinya.
Bagaimana cairan tubuh didapatkan, berupa apa saja dan bagaimana cairan tubuh
berpindah dari satu ruang ke ruang lain.
B. Tujuan
Tujuan yang hendak di capai dengan mempelajari
cairan tubuh dan regulasinya adalah:
1.
Memahami
fisiologis cairan tubuh manusia
2.
Mampu
mempersiapkan cairan yang dibutuhkan dalam peri operatif
3.
Mampu
mencukupi kebutuhan cairan tubuh baik keadaan fisiologis maupun yang pathologis
4.
Mampu
memahami akibat kekurangan cairan tubuh
5.
Mampu
melakukan asuhan keperawatan peri operatif dengan baik dan benar
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari
air dan zat terlarut (M. Wilson, 1994). Cairan tubuh dipengaruhi oleh (Horne Mima M,
2000)
1.
Kandungan
lemak tubuh: sel lemak mengandung sedikit air sehingga seseorang yang banyak
lemak (gemuk) maka TBW nya rendah
2.
Jenis
kelamin : wanita mempunyai TBW yang rendah secara proporsional dibandingkan
pria karena berlebihan lemak dalam tubuhnya
3.
Usia
: di bawah ini kami tampilkan tabel dalam % TBW (Kilogram berat badan)
(M. Wilson, 1994)
USIA
|
TBW DALAM % BERAT BADAN
|
Bayi Baru Lahir
|
75
|
Dewasa :
Pria (20 – 40 Tahun)
Wanita (20 – 40 Tahun)
|
60
50
|
LANSIA
|
45 – 50
|
B. Komposisi
Cairan tubuh total rata-rata 60% dari berat badan.
Terdiri dari 40% Cairan Ekstra Seluler dan 20 % Cairan Intra Seluler. CIS
terdiri 5% Plasma dan 15 % Cairan Interstisal. ( dr. Gde Mangku, SpAn KIC. Buku
Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi).
Komposisi
cairan tubuh terdiri dari substansi terlarut :
1.
Elektrolit
: substansi yang berdiasosiasi (terpisah) dan menghantarkan arus listrik:
a.
Kation:
elektrolit yang bermuatan positif, seperti:
·
Natrium
(Na), Kation utama pada cairan ekstraseluler, penting dalam mengendalikan
volume cairan tubuh total.
·
Kalikum
(K+), Kation utama dalam cairan intraseluler, penting dalam mengendalikan
volume sel
b.
Anion:
Elektrolit yang bermuatan negatif, seperti :
·
Klorida
(Cl) dan bikarbonat (HCO3), Anion utama pada cairan ekstraseluler
·
Fosfat
(PO4), Anion utama pada cairan intraseluler
2.
Non-Elektrolit:
Substansi yang tidak bisa berdiasosiasi dalam larutan, seperti: Protein,
Glukosa, Urea, Kreatinin, Bilirubin, Oksigen, CO2, dan asam organik.
Adapun kandungan
elektrolit dalam cairan tubuh adalah sebagai berikut :
Kompartemen
|
Na+
(mEq/L)
|
K+
(mEq/L)
|
Cl-
(mEq/L)
|
HCO3-
(mEq/L)
|
PO4-
(mEq/L)
|
Intravaskular (plasma)
|
142
|
4,5
|
104
|
24
|
2,0
|
Interstisial
|
145
|
4,4
|
117
|
27
|
2,3
|
Interseluler (otot rangka)
|
12
|
150
|
4,0
|
12
|
40
|
Transelular:
·
Asam lambung
·
Getah Pankreas
·
Keringat
|
60
130
4,5
|
7
7
5
|
100
60
58
|
0
100
0
|
0
0
0
|
(Rose, BD, 1989)
C. Fungsi Utama Air (Cairan Tubuh)
- Fungsi utama air (cairan) dalam tubuh adalah :
a.
Sebagai
media transportasi Nutrient ke sel dan pembuangan dari sel
b.
Sebagai
media transportasi substansi lain di dalam tubuh
Misalnya: hormon, enzim, bekuan darah, sel darah merah dan sel darah
putih
c.
Berperan
penting dalam metabolisme sel & fungsi kimiawi sel yang tepat
d.
Sebagai
pelarut untuk elektrolit & non elektrolit
e.
Membantu
mempertahankan temperatur tubuh yang normal
f.
Membantu
pencernaan & memperlancar eliminasi
g.
Berperan
penting untuk menghasilkan sekresi tubuh
2.
Fungsi
Pengaturan Keseimbangan Cairan Tubuh dan Elektrolit meliputi:
Tekanan Osmotik (mmHg) : 19,3 x Osmolaritas => 5400 mmHg
CES (Na>>>) è Hipernatremi :
(Na meningkat)
à Osmolalitas meningkat
à menarik air dari CIS ke CES
à Hiponatremi : ( Na turun)
à Air dari CES ke CIS
CIS (K >>>) à Osmolaritas ditentukan oleh kalium
Tekanan
Koloid Osmotik = Tekanan Onkotik Plasma
-
Ditimbulkan
oleh larutan Koloid Protein Plasma
-
25
mHg
-
Keseimbangan intenstitiil Plasma
-
Jumlah
Molekul Protein Plasma : 60 % Albumin
-
Kemampuan
menahan air : 14 – 15 ml/ gram albumin
CIS : Tekanan osmotic koloid : 5 mmHg
Air tetap berada dalam intravaskuler
Bila Albumin turun : tekanan osmotic koloid intravaskuler turun à air keluar dan masuk CIS (Oedema)
c.
Tekanan
Hidrostatik dalam kapiler
Tekanan Koloid Osmotik Intravaskuler : ± 25 mmHg
Tekanan Darah ujun Arteri :
35 mmHg
Tekanan darah ujung Vena :
15 mmHg
D. Proses Perpindahan Cairan
Proses perpindahan cairan terjadi dalam 3 (tiga) tahapan :
1.
Tahap
I : Oksigen, Nutrien, Cairan dan Elektrolit dari paru – paru dan Saluran cerna
di bawah oleh darah (CIV) disirkulasikan ke kapiler oleh pembuluh darah.
2. Tahap
II : Kapiler membawa cairan dan zat
terlarut berpindah ke cairan Intersetitiil melalui membran kapiler
semipermiabel
3. Tahap
III : Cairan dalam cairan Intersetitiil
dan cairan serta zat terlarut berpindah ke cairan interseluler melalui membran
sel yang permiabel selektif
E. Keseimbangan Cairan
1.
Sumber
– sumber cairan masuk :
a.
Pemasukan
cairan
Diatur oleh mekanisme rasa haus yang terletak di hypothalamus untuk
pengontrolan rasa haus distimulasi oleh Dehidrasi intasel dan berkurangnya
volume darah.
b.
Air
di dalam makanan
Cairan di dalam makanan merupakan jumlah terbesar kedua. Jumlah
pemasukan cairan tergantung pada diet – diet tertentu. Contoh: melon, citrus
c.
Air
dalam oksidasi metabolic
Air adalah hasil akhir dari oksidasi yang terjadi selama proses
metabolisme substansi makanan. Sumber ini juga bervariasi dan tergantung pada
tipe nutrient. Contohnya: metabolisme 100gr lemak menghasilkan 107 gr air.
Sementara 100gr karbohidrat akan menghasilkan 40gr air, 100 gr protein
menghasilkan 55gr air. Dengan demikian seseorang yang mengkonsumsi diet tinggi
lemak mempunyai Proporsi air yang lebih besar sebagai proses metabolisme.
2.
Kehilangan
Cairan
Air di dalam tubuh bisa hilang dari
tubuh melalui ginjal, saluran cerna, kulit, pernafasan (respiration). Air tubuh juga
menghilang melalui cara insensible (tidak disadari) dan tak tampak (Insensible
Water Loss).
F. Mekanisme Homeostatis
1.
Ginjal
(filtrasi, absorbs, reabsorbsi)
2.
Sistem
kardiovaskuler
Bertanggungjawab terhadap pemompaan
dan membawa nutrient serta cairan keseluruh tubuh
3.
Paru
– paru
Pengaturan kadar oksigen dan
karbondioksida dalam darah. Pengaturan kadar karbondioksida dalam
mempertahankan keseimbangan asam basa
4.
Kelenjar
Adrenal
Kelenjar adrenal mensekresi
aldostreron yang dikenal sebagai conserver sodium yang besar di dalam tubuh.
Hormon juga membantu menyimpan clorida dan air menyebabkan potassium
dikeluarkan
5.
Kelenjar
Pituitary
Kelenjar pituitary lobus posterior
adalah gudang Anti Diuretik Hormon (ADH) yang diatur oleh hypothalamus.
Neuronnya disebut osmoreseptor yang sangat sensitif terhadap perubahan
konsentrasi cairan ekstrasel dan mengirim impuls – impuls yang sesuai untuk
pelepasan ADH
6.
Kelenjar
Thyroid
Thyroxin dilepaskan oleh kelenjar
thyroid, meningkatkan tekanan (aliran) darah di dalam tubuh. Dengan demikian
akan meningkatkan sirkulasi renal, yang berakibat pada peningkatan filtrasi glomerulo
dan peningkatan urine.
7.
Kelenjar
Parathyroid
Kelenjar parathyroid mensekresi
parath hormon yang mengatur kadar kalsium dalam cairan ekstra sel
8.
Gl
Tract
Gl Tract mengabsorbsi air dan
nutrient yang masuk ke dalam tubuh melalui rute ini.
9.
Sistem
Persarafan
Sistem persarafan bertindak sebagai
”Switchboard” dan menghambat serta menstimulasi mekanisme yang mempengaruhi
keseimbangan cairan. Fungsi ini terutama diatur oleh pemasukan dan pengeluaran
sodium dan air. Pusat rasa haus terletak di hypothalamus.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Sebelum melakukan tindakan asuhan keperawatan
perioperatif sebaiknya seorang perawat anastesi reanimasi atau dokter spesialis
anastesi memahami cairan tubuh dan regulasinya selain itu perlu di perhatikan
dan dipertimbangkan untuk anamneses dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
laboratorium sampai sejauh mana kebutuhan cairan tubuh pasien cukup dalam
keadaan compensated.
Dengan adanya pengetahuan cukup tentang cairan
dan regulasinya kita dapat mencegah lebih dini keadaan pathologis yang mungkin
terjadi selama perioperatif.
DAFTAR PUSTAKA
Horne, Mima M, dan Swearingen, P.L,
2000. Keseimbangan cairan elektrolit dan
asam basa,edisi 2, Jakarta, EGC.
Price, A. dan M. Wilson, L. 1994, Patofisiologi: konsep klinis proses – proses
penyakit, edisi 4, Jakarta, EGC.
Dr. Gde Mangku, Sp.An
KIC, dan dr. Tjokorda gde Agung Senapathi, Sp.An, 2010. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi, Jakarta, Indeks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar