Sabtu, 09 November 2013

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Cairan tubuh merupakah bagian yang sangat penting dalam kehidupan sel dan kelangsungan hidup manusia. Tubuh manusia terdiri dari 2 (dua) unsur yang mendasari kehidupan yaitu unsur padat dan cairan.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan terutama pada keperawatan peri operatif. Seorang perawat anastesi reanimasi di tuntut untuk dapat memahami anatomi fisiologis termasuk cairan tubuh dan regulasinya. Bagaimana cairan tubuh didapatkan, berupa apa saja dan bagaimana cairan tubuh berpindah dari satu ruang ke ruang lain.

B.     Tujuan
Tujuan yang hendak di capai dengan mempelajari cairan tubuh dan regulasinya adalah:
1.      Memahami fisiologis cairan tubuh manusia
2.      Mampu mempersiapkan cairan yang dibutuhkan dalam peri operatif
3.      Mampu mencukupi kebutuhan cairan tubuh baik keadaan fisiologis maupun yang pathologis
4.      Mampu memahami akibat kekurangan cairan tubuh
5.      Mampu melakukan asuhan keperawatan peri operatif dengan baik dan benar



BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut (M. Wilson, 1994). Cairan tubuh dipengaruhi oleh (Horne Mima M, 2000)
1.      Kandungan lemak tubuh: sel lemak mengandung sedikit air sehingga seseorang yang banyak lemak (gemuk) maka TBW nya rendah
2.      Jenis kelamin : wanita mempunyai TBW yang rendah secara proporsional dibandingkan pria karena berlebihan lemak dalam tubuhnya
3.      Usia : di bawah ini kami tampilkan tabel dalam % TBW (Kilogram berat badan)
(M. Wilson, 1994)
USIA
TBW DALAM % BERAT BADAN
Bayi Baru Lahir
75
Dewasa :
Pria (20 – 40 Tahun)
Wanita (20 – 40 Tahun)

60
50
LANSIA
45 – 50


B.     Komposisi
Cairan tubuh total rata-rata 60% dari berat badan. Terdiri dari 40% Cairan Ekstra Seluler dan 20 % Cairan Intra Seluler. CIS terdiri 5% Plasma dan 15 % Cairan Interstisal. ( dr. Gde Mangku, SpAn KIC. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi).
Komposisi cairan tubuh terdiri dari substansi terlarut :
1.                  Elektrolit : substansi yang berdiasosiasi (terpisah) dan menghantarkan arus listrik:
a.       Kation: elektrolit yang bermuatan positif, seperti:
·         Natrium (Na), Kation utama pada cairan ekstraseluler, penting dalam mengendalikan volume cairan tubuh total.
·         Kalikum (K+), Kation utama dalam cairan intraseluler, penting dalam mengendalikan volume sel
b.      Anion: Elektrolit yang bermuatan negatif, seperti :
·         Klorida (Cl) dan bikarbonat (HCO3), Anion utama pada cairan ekstraseluler
·         Fosfat (PO4), Anion utama pada cairan intraseluler
2.      Non-Elektrolit: Substansi yang tidak bisa berdiasosiasi dalam larutan, seperti: Protein, Glukosa, Urea,          Kreatinin, Bilirubin, Oksigen, CO2, dan asam organik.
Adapun kandungan elektrolit dalam cairan tubuh adalah sebagai berikut :
Kompartemen
Na+
(mEq/L)
K+
(mEq/L)
Cl-
(mEq/L)
HCO3-
(mEq/L)
PO4-
(mEq/L)
Intravaskular (plasma)
142
4,5
104
24
2,0
Interstisial
145
4,4
117
27
2,3
Interseluler (otot rangka)
12
150
4,0
12
40
Transelular:
·         Asam lambung
·         Getah Pankreas
·         Keringat

60
130
4,5

7
7
5

100
60
58

0
100
0

0
0
0
(Rose, BD, 1989)

C.    Fungsi Utama Air (Cairan Tubuh)
  1. Fungsi utama air (cairan) dalam tubuh adalah :
a.       Sebagai media transportasi Nutrient ke sel dan pembuangan dari sel
b.      Sebagai media transportasi substansi lain di dalam tubuh
Misalnya: hormon, enzim, bekuan darah, sel darah merah dan sel darah putih
c.       Berperan penting dalam metabolisme sel & fungsi kimiawi sel yang tepat
d.      Sebagai pelarut untuk elektrolit & non elektrolit
e.       Membantu mempertahankan temperatur tubuh yang normal
f.       Membantu pencernaan & memperlancar eliminasi
g.      Berperan penting untuk menghasilkan sekresi tubuh

2.      Fungsi Pengaturan Keseimbangan Cairan Tubuh dan Elektrolit meliputi:
Tekanan Osmotik (mmHg) : 19,3 x Osmolaritas => 5400 mmHg
CES (Na>>>)        è Hipernatremi          : (Na meningkat)
à Osmolalitas meningkat
à menarik air dari CIS ke CES
à Hiponatremi           : ( Na turun)
à Air dari CES ke CIS
CIS (K >>>)         à Osmolaritas ditentukan oleh kalium

      Tekanan Koloid Osmotik = Tekanan Onkotik Plasma
-          Ditimbulkan oleh larutan Koloid Protein Plasma
-          25 mHg
-          Keseimbangan intenstitiil              Plasma
-          Jumlah Molekul Protein Plasma : 60 % Albumin
-          Kemampuan menahan air : 14 – 15 ml/ gram albumin
CIS      : Tekanan osmotic koloid        : 5 mmHg

                         Tekanan omotik koloid intravaskuler meningkat
Air tetap berada dalam intravaskuler
Bila Albumin turun : tekanan osmotic koloid intravaskuler turun à air keluar dan masuk CIS (Oedema)

c.       Tekanan Hidrostatik dalam kapiler
Tekanan Koloid Osmotik Intravaskuler : ± 25 mmHg
Tekanan Darah ujun Arteri           : 35 mmHg
Tekanan darah ujung Vena           : 15 mmHg

           

D.    Proses Perpindahan Cairan
Proses perpindahan cairan terjadi dalam 3 (tiga) tahapan :
1.      Tahap I : Oksigen, Nutrien, Cairan dan Elektrolit dari paru – paru dan Saluran cerna di bawah oleh darah (CIV) disirkulasikan ke kapiler oleh pembuluh darah.
2.     Tahap II :   Kapiler membawa cairan dan zat terlarut berpindah ke cairan Intersetitiil melalui membran kapiler semipermiabel
3.  Tahap III :  Cairan dalam cairan Intersetitiil dan cairan serta zat terlarut berpindah ke cairan interseluler melalui membran sel yang permiabel selektif

E.     Keseimbangan Cairan
1.      Sumber – sumber cairan masuk :
a.       Pemasukan cairan
Diatur oleh mekanisme rasa haus yang terletak di hypothalamus untuk pengontrolan rasa haus distimulasi oleh Dehidrasi intasel dan berkurangnya volume darah.

b.      Air di dalam makanan
Cairan di dalam makanan merupakan jumlah terbesar kedua. Jumlah pemasukan cairan tergantung pada diet – diet tertentu. Contoh: melon, citrus
c.       Air dalam oksidasi metabolic
Air adalah hasil akhir dari oksidasi yang terjadi selama proses metabolisme substansi makanan. Sumber ini juga bervariasi dan tergantung pada tipe nutrient. Contohnya: metabolisme 100gr lemak menghasilkan 107 gr air. Sementara 100gr karbohidrat akan menghasilkan 40gr air, 100 gr protein menghasilkan 55gr air. Dengan demikian seseorang yang mengkonsumsi diet tinggi lemak mempunyai Proporsi air yang lebih besar sebagai proses metabolisme.

2.      Kehilangan Cairan
Air di dalam tubuh bisa hilang dari tubuh melalui ginjal, saluran cerna, kulit, pernafasan (respiration).  Air tubuh juga menghilang melalui cara insensible (tidak disadari) dan tak tampak (Insensible Water Loss).


F.     Mekanisme Homeostatis
1.      Ginjal (filtrasi, absorbs, reabsorbsi)
2.      Sistem kardiovaskuler
Bertanggungjawab terhadap pemompaan dan membawa nutrient serta cairan keseluruh tubuh
3.      Paru – paru
Pengaturan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah. Pengaturan kadar karbondioksida dalam mempertahankan keseimbangan asam basa
4.      Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal mensekresi aldostreron yang dikenal sebagai conserver sodium yang besar di dalam tubuh. Hormon juga membantu menyimpan clorida dan air menyebabkan potassium dikeluarkan
5.      Kelenjar Pituitary
Kelenjar pituitary lobus posterior adalah gudang Anti Diuretik Hormon (ADH) yang diatur oleh hypothalamus. Neuronnya disebut osmoreseptor yang sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi cairan ekstrasel dan mengirim impuls – impuls yang sesuai untuk pelepasan ADH
6.      Kelenjar Thyroid
Thyroxin dilepaskan oleh kelenjar thyroid, meningkatkan tekanan (aliran) darah di dalam tubuh. Dengan demikian akan meningkatkan sirkulasi renal, yang berakibat pada peningkatan filtrasi glomerulo dan peningkatan urine.
7.      Kelenjar Parathyroid
Kelenjar parathyroid mensekresi parath hormon yang mengatur kadar kalsium dalam cairan ekstra sel
8.      Gl Tract
Gl Tract mengabsorbsi air dan nutrient yang masuk ke dalam tubuh melalui rute ini.
9.      Sistem Persarafan
Sistem persarafan bertindak sebagai ”Switchboard” dan menghambat serta menstimulasi mekanisme yang mempengaruhi keseimbangan cairan. Fungsi ini terutama diatur oleh pemasukan dan pengeluaran sodium dan air. Pusat rasa haus terletak di hypothalamus.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Sebelum melakukan tindakan asuhan keperawatan perioperatif sebaiknya seorang perawat anastesi reanimasi atau dokter spesialis anastesi memahami cairan tubuh dan regulasinya selain itu perlu di perhatikan dan dipertimbangkan untuk anamneses dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan laboratorium sampai sejauh mana kebutuhan cairan tubuh pasien cukup dalam keadaan compensated.
Dengan adanya pengetahuan cukup tentang cairan dan regulasinya kita dapat mencegah lebih dini keadaan pathologis yang mungkin terjadi selama perioperatif.



DAFTAR PUSTAKA

Horne, Mima M, dan Swearingen, P.L, 2000. Keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa,edisi 2, Jakarta, EGC.

Price, A. dan M. Wilson, L. 1994, Patofisiologi: konsep klinis proses – proses penyakit, edisi 4, Jakarta, EGC.
 Dr. Gde Mangku, Sp.An KIC, dan dr. Tjokorda gde Agung Senapathi, Sp.An, 2010. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi, Jakarta, Indeks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar