Sabtu, 09 November 2013

MEKANISME KERJA PARACETAMOL
(ASETAMINOFEN)

Asetaminofen (APAP, paracetamol) dan produk kombinasi asetaminofen (seperti yang mengandung opioid ) Adalah salah satu obat yang terbanyak digunakan sebagai obat analgesik generasi pertama untuk mengobati berbagai nyeri acute dan kronik ringan sampai sedan. Komponen baru yang disintesis mengandung analgesik dan antipiretik sintesis seperti asetofenidin (fenasetin) 
MEKANISME KERJA  : Asetaminofen memiliki efek pada  tingkat perifer, medula spinalis dan otak. Diperifer asetaminofen di metabolisme oleh peroksidase menghasilkan komponen reaksi dan penghambat impuls bradikinin yang dihasilkan dalam serabut nosiseptif. Menurunnya produksi prostaglandin diduga menyebabkan peningkatan aktivitas jalur seretonergik desenden sehingga memodulasi input nosiseptif, pada tingkat medula spinalis, asetaminofen menunjukan antagonis neurotransmisi melalui NMDA, substansi P, dan jalur nitrit oksida yang kesemuanya berperan dalam nosisepsi. 

Paracetamol berefek sebagai analgesik dan antipiretik tanpa efek anti inflamasi perifer dan anti trombosit pada dosis antipiretik. Efek antipiretiknya secara sekunder mungkin disebabkan blokade produksi prostaglandin, inhibisi prostaglandin endoperoksida H2 sintase (PGHS) dan COX secara sentral.

Asetaminofen menghambat aktivitas COX dengan menguraangi bentuk aktif COX menjadi bentuk inaktif. Inhibisi ini sensitifnya relatif rendah tetapi efeknya bervariasi padaberbagai jaringan. 

Paracetamol menghambat sintesis prostaglandin pada otak, lien, ginjal, dan paru tetapi tidak berefek pada trombosit dan mukosa lambung.

RESIKO DAN PERINGATAN !!!!

Toksisitas asetaminofen sering dihubungkan dengan disfungsi hati dan ginjal. Hipersensitivitas jarang, tetapi reaksi berat mungkin terjadi. Umumnya pemberian kronik asetaminofen dapat menyebabkan berkurangnya cadangan glutation, sehingga produksi metabolit hepatotoksik dan nefrotoksik NAPQ meningkat. Alkoholik merupakan faktor resiko toksisitas pada dosis rendah karena peningkatan aktivasi sitokrom P-450 dan penurunan cadangan glutation.

Manifestasi klinis kerusakan hati antara lain  
Ikterus dan defek koagulasi, terjadi dalam 2-6 hari setelah overdosis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar